Ratucapsa

Friday, October 27, 2017

Cerita Sex Kisah Sex Gadis SMA



RatuHot99 - Juraganku punya seorang anak tunggal, perempuan berusia 18 tahun, kelas 3 SMA favorit di Malang. Namanya Nindya. Tiap hari aqu mengantarnya ke sekolah. Aqu kadang hampir tak tahan melihat badan Nindya yg seksi sekali. Tingginya kira-kira 168 cm, dan buah dadanya besar dan kelihatannya kencang sekali. Ukurannya kira-kira 36C. Ditambah dgn penampilannya dgn rok mini dan baju seragamnya yg tipis, membuatku ingin sekali menyetubuhinya.


Setiap kali mengantarnya ke sekolah, ia duduk di bangku depan di sampingku, dan kadang-kadang
aqu melirik melihat pahanya yg putih mulus dgn bulu-bulu halus atau pada belahan buah dadanya yg
terlihat dari balik seragam tipisnya itu. Tapi aqu selalu ingat, bahwa dia adalah anak juraganku. Bila
aqu macam-macam bisa dipecatnya aqu nanti, dan angan-anganku untuk melanjutkan kuliah bisa
berantakan. Siang itu seperti biasa aqu jemput dia di sekolahnya. Mobil BMW biru metalik aqu parkir di dekat kantin, dan seperti biasa aqu menunggu Non-ku di gerbang sekolahnya.



Tak lama dia muncul bersama teman-temannya.
“Siang, Non…, mari saya bawakan tasnya”.
“Eh…, Mas, udah lama nunggu?”, katanya sembari mengulurkan tasnya padaqu.
“Barusan kok Non..”, jawabku.
“Jul…, ini toh supirmu yg kamu bicarain itu. Lumayan ganteng juga sih…, ha…, ha..”, salah satu
temannya berkomentar. Aqu jadi rikuh dibuatnya.
“Hus..”, sahut Non-ku sembari tersenyum. “Jadi malu dia nanti..”.
Segera aqu bukakan pintu mobil bagi Non-ku, dan temannya ternyata juga ikut dan duduk
di kursi belakang.
“Kenalin nih mas, temanku”, Non-ku berkata sembari tersenyum. Aqu segera mengulurkan
tangan dan berkenalan.
“Sony”, kataqu sembari merasakan tangan temannya yg lembut.
“Venti”, balasnya sembari menatap dadaqu yg bidang dan berbulu.
“Mas, antar kita dulu ke rumah Venti di Tidar”, instruksi Non Nindya sembari menyilangkan
kakinya sehingga rok mininya tersingkap ke atas memperlihatkan pahanya yg putih mulus.
“Baik Non”, jawabku. Tak terasa kemaluanku sudah mengeras menyaksikan pemandangan itu.
Ingin rasanya aqu menjilati paha itu, dan kemudian mengulum buah dadanya yg padat berisi,
kemudian menyetubuhinya sampai dia meronta-ronta…, ahh.


Tak lama kitapun sampai di rumah Venti yg sepi. Rupanya orang tuanya sedangke luar kota, dan
merekapun segera masuk ke dalam. Tak lama Non Nindya ke luar dan menyuruhku ikut masuk.
“Saya di luar saja Non”.
“Masuk saja mas…, sembari minum dulu…, baru kita pulang”.
Aqupun mengikuti perintah Non-ku dan masuk ke dalam rumah. Ternyata mereka berdua
sedang menonton VCD di ruang keluarga.


“Duduk di sini aja mas”, kata Venti menunjuk tempat duduk di sofa di sebelahnya.
“Ayo jangan ragu-ragu…”, perintah Non Nindya melihat aqu agak ragu.
“Mulai disetel aja Nik…”, Non Nindya kemudian mengambil tempat duduk di sebelahku.
Tak lama kemudian…, film pun dimulai…, Woww…, ternyata film dewasa. Di layar tampak seorang
lelaki negro (Senegal) sedang menyebadani dua perempuan bule (Prancis & Spanyol) secara
bergantian. Napas Non Nindya di sampingku terdengar memberat, kemudian tangannya meremas
tanganku. Aqupun sudah tak tahan lagi dgn segala macam cobaan ini. Aqu meremas tangannya dan
kemudian membelai pahanya. Tak berapa lama kemudian kamipun berciuman. Aqu tarik rambutnya,
dan kemudian dgn gemas aqu cium bibirnya yg mungil itu.



“Hmm… Eh”, Suara itu yg terdengar dari mulutnya, dan tangankupun tak mau diam beralih
meremas-remas buah dadanya.
Kubuka kancing seragamnya satu persatu sehingga tampak bongkahan daging kenyal yg putih mulus
punya Non-ku itu. Aqu singkap BH-nya ke bawah sehingga tampaklah putingnya yg merah muda dan
kelihatan sudah menegang.

“Ayo…, hisap dong mas…, ahh”. Tak perlu dikomando lagi, langsung aqu jilat putingnya, sembari
tanganku meremas-remas buah dadanya yg sebelah kiri. Aqu tak memperhatikan apa yg dilaqukan
temannya di sebelah, karena aqu sedang berkonsentrasi untuk memuaskan nafsu birahi Non Nindya.
Setelah puas menikmati buah dadanya, aqupun berpindah posisi sehingga aqu jongkok tepat di
depan selangkangannya. Langsung aqu singkap rok seragam SMA-nya, dan aqu jilat CD-nya yg
berwarna pink. Tampak bulu kemaluannya yg masih jarang menerawang di balik CD-nya itu.
“Ayo, jilatin memekku mas”, Non Nindya mendesah sembari mendorong kepalaqu. Langsung aqu
sibak CD-nya yg berenda itu, dan kujilati kemaluannya

.
“Ohh…, nikmat sekali…”, erangan demi erangan terdengardari mulut Non-ku yg sedang aqu kerjai.
Benar-benar beruntung aqu bisa menjilati kemaluan seorang perempuan kecil anak konglomerat.
Tanganku tak henti mengelus, meremas buah dadanya yg besar dan kenyal itu.
“Aduh, cepetan dong, yg keras…, aqu mau keluar.., ehhmm ohh..”. Tangan Non Nindya meremas
rambutku sembari badannya menegang. Bersamaan dgn itu keluarlah cairan dari lubang
kemaluannya yg langsung aqu jilat habis. Aqupun berdiri dan membuka ritsluiting celanaqu. Tapi
sebelum sempat aqu buka celanaqu, Non Nindya telah ambil alih.



“Biar saya yg buka mas”, katanya.
Tangannya yg mungil melepas kancing celana jeansku, dan membantuku membukanya. Kemudian
tangannya meremas-remas kemaluanku dari luar CD-ku. Dijilatinya CD-ku sembari tangannya
meremas-remas bokongku. Aqupun sudah tak tahan lagi, langsung aqu buka CD-ku sehingga
kemaluanku yg sudah tegak, bergelantung ke luar.
“Ih, wowww…!!!”, desis Non Nindya, sembari tangannya mengelus-elus kemaluanku. Tak lama
kemudian dijilatinya buah pelirku terus menyusuri gagang kemaluanku. Dijilatinya pula kepala
kemaluanku sebelum dimasukkannya ke dalam mulutnya. Aqu remas rambutnya yg berbando itu,
dan aqu gerakkan bokongku maju mundur, sehingga aqu seperti menyebadani mulut anak juraganku
ini. Rasanya luar biasa…, baygkan…, kemaluanku berwarna hitam sedang dikulum oleh mulut
seorang perempuan manis. Pipinya yg putih tampak menggelembung terkena gagang kemaluanku.
“Punyamu besar sekali mas Son…, Jul suka.., ehmm..”, katanya sembari kemudian kembali
mengulum kemaluanku.


Setelah kurang lebih 15 menit Non Nindya menikmati kemaluanku, dia suruh aqu duduk di sofa.
Kemudian dia menghampiriku sembari membuka seluruh pakaiannya sehingga dia tampak telanjang
bulat. Dinaikinya pahaqu, dan diarahkannya kemaluanku ke liang kemaluannya.
“Ayo.., masukkin dong mas… Jul udah nggak tahan nih…”, katanya memberi instruksi, aqu tahu dia
ingin merasakan nikmatnya kemaluanku. Diturunkannya bokongnya, dan kemaluankupun masuk
perlahan ke dalam liang kemaluannya.


Kemaluannya masih sempit sekali sehingga masih agak sulit bagi kemaluanku untuk menembusnya.
Tapi tak lama masuk juga separuh dari kemaluanku ke dalam lubang kemaluan anak juraganku ini.
“Ahh…, yeah…, sekarang masukin deh kemaluan mas yg besar itu di memekku”, katanya sembari
naik turun di atas pahaqu. Tangannya meremas dadanya sendiri, dan kemudian disodorkannya
putingnya untukku.



“Yah, begitu dong mas”, Tak perlu aqu tunggu lebih lama lagi langsung aqu lahap buah dadanya yg
montok itu. Sementara itu Non Nindya masih terus naik turun sembari kadang-kadang memutar-
mutar bokongnya, menikmati kemaluan besar sopirnya ini.
“Sekarang sebadani Jul dalam posisi nungging… ya mas Son…?”, instruksinya. Diapun turun dan
menungging menghadap ke sofa.

“Ayo dong mas…, masukkin dari belakang”, Non Nindya menjelaskan maksudnya padaqu. Aqupun
segera berdiri di belakangnya, dan mengelus-elus bokongnya yg padat.
Kemudian kuarahkan kemaluanku ke lubang kemaluannya, tetapi agak sulit masuknya. Tiba-tiba tak
kusangka ada tangan lembut yg mengelus kemaluanku dan membantu memasukkannya ke liang
kemaluan Non Nindya. Aqu lihat ke samping, ternyata Venti, yg membantuku menyebadani
temannya. Dia tersenyum sembari mengelus-elus bokong dan pahaqu.
Aqu langsung menyebadani Non Nindya dari belakang. Kugerakkan bokongku maju mundur, sembari memegang pinggul Nonku.


“Ahh…, Mas…, Mas…, Terus dong…, nikmat sekali”, Non Nindya mengerang nikmat. Badannya
tampak berayun-ayun, dan segera kuremas dari belakang. Kupilin-pilin puting susunya, dan erangan
Non Nindya makin hebat.
Venti sekarang telah berdiri di sampingku dan tangannya sibuk menelusuri badanku. Ditariknya
rambutku dan diciumnya bibirku dgn penuh nafsu. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku.
Sembari berciuman dibukanya kancing baju seragamnya sehingga tampak buah dadanya yg tak
terlalu besar, tetapi tampak padat.

“Ohh.., terus dong mas… yg cepat dong ahhh… Jul keluar mas… ohhh…”, Non Nindya mengerang
makin hebat. Tak berapa lama terasa cairan hangat membasahi kemaluanku.

“Non…, saya juga hampir keluar..”, kataqu.“Tahan sebentar mas…, keluarin dimulutku…”, kata Non Nindya.Non Nindya dan Venti berlutut di depanku, dan Venti yg sejak tadi tampak tak tahan melihat kami bersebadan di depannya, langsung mengulum kemaluanku di mulutnya. Sementara itu Non Nindya menjilat-jilat buah pelirku. Mereka berdua bergantian mengulum dan menjilat kemaluanku dgn penuh nafsu. Aqupun sibuk membelai rambut kedua remaja ini, yg sedang memuaskan nafsu birahi mereka.



“Ayo, goyg yg keras dong mas…”, Non Nindya memberiku instruksi sembari menelentangkan
badannya di atas karpet ruang keluarga.
“Ayo kemaluannya taruh di sini mas…”, kata Non Nindya lagi. Aqupun segera menaruh berlutut di
atas dada Non-ku dan menjepit kemaluanku di antara dua bukit kembarnya. Segera aqu maju
mundurkan bokongku, sembari tanganku mengapitkan buah dadanya.
“Oh, nikmat sekali…”. Sementara Venti sibuk mengelap badanku yg basah karena keringat. Tak berapa lama kemudian, aqupun tak tahan lagi. Kuarahkan kemaluanku ke dalam mulut Non Nindya, dan dikulumnya sembari meremas-remas buah pelirku.

“Ahh…, Non…, ahh”, jeritku dan air manikupun menyembur ke dalam mulut mungil Non Nindya.
Aqupun tidur menggelepar kecapaian di atas karpet, sementara Non Nindya dan Venti sibuk
menjilati bersih gagang kemaluanku.
Setelah itu kamipun sibuk berpakaian, karena jam sudah menunjukkan pukul 15.00. Orang tua
Nindya termasuk orang tua yg strict pada anaknya, sehingga bila dia pulang telat pasti kena marah.
Di mobil dalam perjalanan pulang, Nindya memberiku uang Rp 1.000.000,-.
“Ambil mas, buat uang lelah, Tapi janji jangan bilang siapa-siapa tentang yg tadi ya”, katanya

sembari tersenyum. Aqupun mengangguk senang. “Besok kita ulangi lagi ya mas…, soalnya Venti minta bagian”. Demikian kejadian ini terus berlanjut. Hampir setiap pulang sekolah, Non Nindya akan pura-pura belajar bersama temannya. Tetapi yg terjadi adalah dia menyuruhku untuk memuaskan nafsu birahinya dan juga teman-temannya, Venti, Linda, Nina, Mimi, Etik, dll.
Tapi aqupun senang karena selain mendapat penghasilan tambahan dari Non Nindya, aqupun
dapat menikmati badan remaja mereka yg putih mulus.


No comments:

Post a Comment