Ratucapsa

Wednesday, November 22, 2017

Cerita Dewasa Nikmatnya Memek Sempit Cewek SMA




RatuHot99 - Diawali dengan pertemuan di sebuah toko kelontong di perumahan tempat tinggalku, aku jadi akrab dengan Putri. Dia anak dari guru SMA ku yg sudah meninggal. Umurnya masih 18 tahun. Putri mempunyai body yg sangat seksi, dengan wajah mirip salah satu artis indonesia, tinggi badan 165 cm, ukuran dada 36, kulit putih mulus, dan rambut panjang melebihi bahu.


Setelah pertemuan di toko kelontong, kami jadi sering berhubungan lewat telpon. Dan jarak rumah kami yg dekat, terpaut dua gang dengan rumahku membuat kami janjian untuk bertemu dirumahku.

“Bram, nanti sore aku main ke rumah kamu ya?” katanya di telepon.

“Boleh deh, kebetulan bapak dan ibu ada acara arisan keluarga.” Aku menyetujui permintaannya.
Oh ya, aku tinggal dengan kedua orang tua dan nenekku. Kalau bapak dan ibu pergi, aku harus di rumah menemani nenek.

“Teng.. teng!” aku mendengar suara gembok pagar dipukulkan ke pagar.
“Sebentar!” sahutku.

Ternyata Putri yg datang, wah senang banget ternyata dia tdk main-main.

“Sebentar Put, wah sexy banget non, mau ke mana?” sambil buka kunci pagar aku nyerocos menyapa dia.
“Ya mau ke sini Bram. Eh, pakaianku terlalu terbuka ya?” Dia malah nanya.

Body yg sexy dibalut tank-top warna biru menonjolkan warna kulitnya yg putih dan tonjolan dadanya yg besar.
“Hei, kamu ngelihat apa kok gak pake bernafas..?” Dia merasa kalau mataku tdk terlepas dari arah dadanya.
“Ehm, eh.. gak pa pa. Silahkan masuk Put.” Aku jadi salah tingkah.

“Siapa Bram?” Nenekku yg ada di ruang keluarga mengeluarkan suaranya dengan nada bertanya.
“Putri Nek, anaknya Bu P yg tinggal di Jl. P itu lho.” aku jawab saja sambil menggandeng Putri ke ruang tamu.
“Duduk Put, mau minum apa?” tanyaku sambil berjalan ke dapur.

“Apa aja Bram, eh air putih aja deh. Oh ya jangan yg dingin ya, yg biasa saja.” jawab dia.

“Kalau gitu kamu ambil sendiri aja. Aku mau mandi dulu, lengket nih tadi habis motong rumput di halaman belakang.” sambil ngomong aku melirik kembali ke ruang tamu.

Dan sempat terlihat sekilas warna putih pahanya saat Putri meluruskan kaki mau berdiri. Ada getaran asyik dan aneh setelah menyaksikan pemandangan indah itu.

Segarnya guyuran air saat mandi menjadikan aku teringat dengan paha Putri, dan sedikit demi sedikit kemaluanku mengeras serta menimbulkan perasaan yg enak.

“Putri mau nggak ya aku ajak ML?” tanyaku pada diri sendiri.

Sambil masih berbalut handuk dari pinggang ke bawah, aku keluar menemui Putri.
“Bram, pakai dulu celanamu, gak sopan tuh.” Nenekku nyeletuk, waduh jadi malu dan merasa salah tingkah. Tapi aku cuek saja.

“Iya Nek.” aku jawab sekenanya sambil tetap jalan ke ruang tamu.

Di sana Putri sudah menunggu sambil tangannya memegang segelas air putih yg diambilnya dari dispenser. Posisi duduknya menyebabkan sebagian pahanya yg putih terlihat sampai dekat bongkahan pantatnya. Aku menelan ludah, mungkin dia melihat gelagatku ini. Wah pasti deh wajahku kelihatan merah padam.



“Bram, ke atas yuk. Aku pingin tahu apa rumahku terlihat dari sini.” pintanya.
“OK, tapi aku pake celana dulu ya.” jawabku.
“Gak usah Bram, biar aja.” wah dia ternyata dia gak punya pikiran aneh-aneh.
“Nek, aku ke atas..!” teriakku minta ijin ke Nenek.
“Iya. Bram, telponnya kamu bawa saja kalau-kalau nanti bapakmu telepon.” sahut Nenek.
“Biar aja di bawah Nek, nanti kalau ada telpon Bram yg turun.” sahutku lagi.

“Ayo Bram, cepetan. Ntar keburu malam, aku harus belajar Matematika.” Putri merajuk sambil tangannya menarik lenganku yg masih membetulkan ikatan handuk.

Akibatnya, handukku sedikit terbuka di bagian depan sehingga batang kemaluanku jadi terlihat oleh Putri.
“Hi, apa itu Bram. Kok hitam gitu, berambut lagi.” celetuknya dengan ekspresi terkejut.
“Ini kemaluanku namanya Mr. P” jawabku sekenanya sambil membetulkan handuk.

Lalu kami melanjutkan perjalanan menaiki tangga ke lantai dua.

Ruang di lantai dua sengaja aku atur tanpa menggunakan kursi, hanya meja rendah dan bundar model Jepang yg ada di tengah karpet tebal berwarna biru. Ada 4 bantal besar dengan cover bermotif oriental dengan warna biru muda yg dipakai sebagai alas duduk. Ada TV 21″ dan VCD player di pojok ruang.

“Bram, itu apaan? Kok aneh, tadi kan nggak ada?” tanyanya sambil pandangannya mengarah ke bawah perutku.

Rupanya dia menyadari kalau dari tadi aku melihat ke arah dadanya, sehingga aku yg keasyikan menikmati pemandangan indah jadi terkejut.

“Ehm.. ini tho? Ini Mr. P yg lagi tegang, kamu pingin lihat?” jawabku sambil bertanya.

“Nggak deh, malu. Lagian buat apa?” dia malah balik bertanya.
“Kesempatan nih.” pikirku.
“Ya biar kamu tahu bagaimana bentuk kelamin pria pada saat tegang.” celetukku.

“Gimana ya?” dia berpikir sejenak. Lalu..
“OK deh. Tapi nggak ada efeknya negatifnya kan?” dia mulai terpancing.

“Oh ya Put, biar asyik. Gimana kalau kita nanti gantian ngasih liat punya masing-masing. Dijamin deh, nggak bakalan ada yg dirugikan.” aku mulai melancarkan seranganku.

Matanya sedikit terbelalak ketika melihat Mr. P ku yg berukuran jumbo dengan diameter 4, 5 cm dan panjang 18 cm.

“Waah, gedhe banget ya. Bram, apa setiap pria berukuran segitu?” tanyanya.

Matanya masih menelusuri tubuhku mulai dada sampai pangkal pahaku. Nafasnya mulai sedikit cepat.

“Asyik nih, dia udah mulai terangsang” dalam hati aku bersorak gembira.

“Put, gantian dong. Sekarang kamu yg buka baju, apa perlu aku bantu bukain baju kamu?” aku menghentikan tatapannya yg mulai bergairah.

“Ehm, boleh. Tapi jangan diapa-apain ya, cuman lihat aja ya.” Dia berkata sambil mendekatkan tubuhnya ke arahku.

Aku tatap terus matanya lalu mulai membuka t-shirt nya ke arah atas. Pada saat t-shirtnya melintas di wajahnya dan kedua tangannya terangkat ke atas (bayangin deh, tubuhnya terbuka banget..), aku berhenti sejenak, sambil mencuri cium dadanya.
“Bram.! jangan ah, geli.” Dia agak berteriak kaget, tapi tdk ada bagian tubuhnya yg mencoba menghentikan aksiku

No comments:

Post a Comment